Pelabuhan Labuan Bajo dan Transformasi Sebuah Kota Nelayan

Perjalanan menuju Labuan Bajo, di ujung Barat Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui perjalanan udara nampaknya bukan sesuai yang sulit saat ini. Setidaknya ada 2 kali penerbangan yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan kapasitas 70 kursi dari Denpasar. Rute ini termasuk baru, meskipun lebih awal telah dirintis oleh maskapai penerbangan BUMN lain. Terdapat pula penerbangan lainnya yang dilayani dengan pesawat berkapasitas rendah dari berbagai kota di pulau-pula sekitarnya. Laboan Bajo juga menjadi lokasi transit penerbangan menuju ke arah timur Indonesia, seperti Ende, Maumere, maupun Tambolaka.

Pilihan menggunakan pesawat terbang bukanlah satu-satunya. Moda transportasi lainnya yang tersedia adalah kapal laut yang tepat berlabuh di Labuan Bajo. Bergantung dari kondisi cuaca, perjalanan dengan moda laut juga salah satu pilihan yang layak dipertimbangkan oleh wisatawan dengan masih tingginya biaya perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang. Pelabuhan ini juga menjadi tempat wisatawan menambatkan perahunya menunggu waktu melaut. Untuk mengunjungi pulau-pulau yang menjadi daya tarik snorkelling dan menyelam (diving), serta komodo di Pulau Komodo dan Pulau Rinca dapat dengan menyewa perahu wisata yang tersedia.

Sampai saat ini, Pelabuhan Labuan Bajo melayani lalu lintas antarpulau melalui pelayaran ferry. Pulau-pulau yang dihubungkan antara lain Sumbawa, Bali, dan Sulawesi. Pelayaran berlangsung antara seminggu sekali maupun dua minggu sekali. Pelabuhan berdekatan dengan pasar yang memang menjual kebutuhan sehari-hari dan termasuk ikan tangkapan para nelayan. Pada malam hari pelabuhan diubah menjadi lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjual makanan dari sejenis sea food, goreng ayam, maupun aneka masakan lain. Keluar dari kompleks pelabuhan menuju pusat perkantoran melalui Jalan Soekarno Hatta, pengunjung melalui deretan toko, restoran, bank, dan penginapan kecil yang disediakan bagi backpackers.

Pada September 2013, Laboan Bajo menjadi lokasi penyelenggaraan Sail Komodo, melengkapi predikat sebagai Keajaiban Alam Dunia dari New7Wonder pada tahun 2012. SebelumnyaUnited Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengakui Pulau Komodo sebagai warisan alam dunianatural world heritage, pada 19 Desember 1991. Dari kota nelayan, Labuan Bajo telah menjadi pusat wisata. Harga lahan di sekitar kota pun telah meningkat pesat. Sejumlah investor mulai melirik potensi wisata di daerah tersebut dengan membangun fasilitas akomodasi dan usaha jasa pariwisata. Lahan sepanjang pesisir sejajar dengan pelabuhan telah beralih tangan kepada orang luar termasuk diantaranya wisatawan asing. Akses menuju pantai yang indah pun terhalangi oleh deretan beberapa hotel yang baru-baru saja dibangun. Proses transformasi ini nampaknya luput dari perhatian.

Perahu nelayan yang tengah ditambatkan 
Suasana pelabuhan pada saat matahari terbenam






Tidak ada komentar:

Posting Komentar