Investasi Pembangunan yang Terlupakan!

Peraih Nobel Profesor James Heckman dalam sepanjang karirnya meneliti mengenai peran investasi pada modal manusia menghasilkan kesimpulan bahwa investasi yang besar pada tahap awal perkembangan manusia (prasekolah) sangatlah penting. Investasi ini tidak hanya meliputi pendidikan formal, melainkan pula terhadap kesehatan anak dan lingkungannya. Studi oleh Prof. Heckman menghasilkan sebuah grafik yang memperlihatkan investasi pada anak-anak usia dini (pre-school) akan mendorong pengembalian investasi (rate of return) yang jauh lebih besar. Ketika investasi dilakukan pada usia setelahnya, pengembalian atas investasi tersebut justru semakin mengecil. Opportunity cost (Biaya kesempatan) apabila dibandingkan dengan tingkat pengembangan investasi pada program anak prasekolah pun jauh lebih besar, sehingga memberikan dukungan agar pemerintah menjalankan investasi secara serius pada tahap ini. Program investasi terhadap kelompok usia sekolah dan paskasekolah, menurut grafik, jelas tergolong terlambat.

Tingkat Pengembalian Investasi pada Modal Manusia (Sumber: diadaptasi darhttp://heckmanequation.org/content/resource/presenting-heckman-equation, akses: 16 Maret 2014; Sachs, 2014)


















Temuan oleh Prof. Heckman diamini dalam Perry Preschool Program di Amerika Serikat. Sebuah studi yang dilakukan dalam rangka menghitung keuntungan sosial dari program tersebut menunjukkan, fokus pada program akan mampu meningkatkan penghasilan para anak ketika telah bekerja menjadi USD 40,537 per tahun (dalam nilai present value). Program juga diestimasikan mampu menurunkan biaya kriminalitas yang dihitung dari biaya pengadilan dan pengurusan dampak sebesar  USD 94.065. Secara keseluruhan, Benefit-Cost Ratio (BCR) atau rasio keuntungan terhadap biaya mencapai 8,74 yang memperlihatkan keuntungan sosial yang mencapai 800 persen kali lipatnya dibandingkan atas biaya yang dikeluarkan. Seluruh perhitungan dibuat bagi individu.

Keuntungan dan Biaya Sosial dari Program Perry Preschool (Sumber: Jeffrey D. Sachs (2014) Chp. 8, The Age of Sustainable Development)



















Sejumlah penelitian terkait kesehatan anak, psikologi, dan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental memperlihatkan anak usia dini sangat rentan terganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Sampai dengan usia 0-6 tahun merupakan tahap krusial anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif dan sosial. Dalam membantu perkembangan kognitif, anak-anak yang memiliki nutrisi yang cukup akan mampu mengembangkan olah mental lebih baik, sehingga lebih mampu menangkap stimulus dari lingkungannya. Memberikan pembelajaran dengan cara yang tepat menjadi lebih mudah dan membantu dalam penguasaan simbol (bahasa dan angka) dan logika sederhana lebih awal. Lingkungan fisik yang baik juga turut membantu dalam perkembangan kognitif yang terkait dengan kecerdasan spatial, visual, maupun daya ingat. Hal tersebut juga menurunkan tingkat tekanan dari lingkungan yang akan menganggu pengembangan dan operasionalisasinya. Tekanan mental (stress) yang besar hingga anak tidak mampu untuk menghadapinya jelas berpengaruh bagi pengembangan intelektual dan menganggu kesehatan. Dengan demikian investasi tidak hanya diarahkan pada pendidikan melainkan pada pula perbaikan kondisi lingkungan anak, baik sosial maupun fisik.

Sayang sekali, investasi pada anak usia dini masih belum menjadi perhatian pengambil keputusan, pengembang kebijakan, dan para pemimpin. Sebagai contoh sederhana, perbandingan anggaran publik yang dialokasikan untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan subsidi untuk susu yang merupakan nutrisi penting bagi perkembangan jasmani (terutama otak) anak-anak menunjukkan ketimpangan dalam investasi manusia. Begitu juga dengan komposisi alokasi anggaran pendidikan usia dini yang rendah dibandingkan dengan pendidikan sekolah. Karena dianggap "tindak begitu penting" pendidikan pada usia tersebut diserahkan kepada pihak swasta yang mengelolanya sebagai bisnis dan justru kian melebarkan kesenjangan akses antar anak dari golongan pendapatan yang berbeda.  

Perhatian terhadap lingkungan fisik yang menujang perkembangan anak juga belum menjadi perhatian bersama. Terjadinya segregasi taman kanak-kanak dan variasi kualitasnya yang lebar menyebabkan sebagian anak harus berada pada lingkungan sekolah yang jauh dari tempat tinggal. Tidak jarang anak-anak ini menempuh kemacetan ketika mencapai tempat dimana isa bersekolah. Walaupun berdekatan dengan rumah tinggal, infrastruktur jalan yang tidak dilengkapi jalur pejalan kaki yang menjamin keselamatan dan keamanan selama menuju sekolah maupun kembali ke rumah. Lingkungan tempat tinggal yang tidak menyediakan tempat bermain maupun taman bermain secara memadai dalam jumlah dan kualitasnya tidak mendorong stimulus kognitif dan jasmani yang dibutuhkan. Dengan demikian, investasi tidak terbatas pada kesempatan akses dan kualitas pendidikan anak, melainkan juga penataan lingkungan tinggal. Dua hal ini masih belum menjadi mainstream dalam program pembangunan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar