Jembatan Siti Nurbaya: Infrastruktur Pariwisata atau Transportasi?

Apa yang istimewa dari Jembatan Siti Nurbaya di Kota Padang, Sumatera Barat? Jembatan itu sendiri tidak memiliki asosiasi dengan cerita rakyat yang sudah sangat dikenal di Indonesia melalui buku maupun film televisi. Nama jembatan mengabadikan kembali cerita roman yang plot ceritanya menyerupai Romeo dan Juliet karya William Shakespeare. Jembatan ini mengantarkan para wisatawan yang hendak mengunjungi "makam" sang tokoh yang sangat dicintai di Gunung Padang oleh penggemar kisah roman itu.

Menariknya, jembatan ini telah menjadi landmark kota yang tidak akan dilewatkan para wisatawan pada umumnya. Bagi warga lokal, jembatan ini adalah tempat berkumpul dan berekreasi. Jembatan yang biasanya tidak selalu dibangun dengan menyediakan lajur pejalan kaki, terlihat berbeda pada jembatan ini. Pada siang hari, lajur ini dilewati tidak lebih dari dua orang pejalan kaki setiap menitnya. Suasana yang berbeda terjadi pada malam hari ketika para pengunjung berbaur dengan para penjual berbagai keperluan pengunjung, termasuk makanan, mengisi penuh lajur pejalan kaki. Lampu penerangan sepanjang jembatan memiliki tiang dan lampu yang unik yang dapat dibayangkan menambah pesona jempatan pada malam hari.

Jembatan ini tidak hanya sekedar penghubung dua bagian Kota Padang. Keberadaan jembatan ini jelas memperluas areal perkotaan sampai dengan Bukit Padang, sebagaimana terlihat dari munculnya rumah-rumah tinggal yang merambah sisi-sisi bukit Gunung Padang. Dan sebetulnya, peran wisata nampak lebih dominan dibandingkan dengan transportasi. Tidak nampak lalu lintas yang padat pada siang hari yang melalui jembatan. Pada bagian bawah jembatan adalah dermaga-dermaga yang digunakan perahu-perahu nelayan maupun wisatawan yang hendak menuju Pulau Mentawai. Jembatan ini telah menjadi bagian dari kota yang dikenal karena roman dengan kisah yang sangat diingat. Pemerintah daerah pun dengan cerdik menangkap peluang wisata atas keberadaan jembatan ini.

Peta Mental Anak: Apa yang Bisa Diperoleh?

Anak-anak bisa menjadi sangat peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Dengan secara rutin mengelilingi lingkungan rumahnya, ia mampu untuk menandai lokasi, mempelajari fitur-fitur fisik yang ada, dan memberikan makna atas kondisi lingkungannya.

Gambar ini dibuat oleh seorang anak perempuan berusia enam tahun. Ia mengambarkan dengan tepat jalan yang ada di sekitar rumah tinggalnya. Jalan yang melalui rumah digambarkan pada bagian bawah dengan jalan di sekitarnya yang membentuk pola grid. Ia dengan tepat memberikan informasi jumlah rumah dalam satu deretnya maupun posisi persis setiap rumah dengan yang lainnya. Luas area yang dicakup mencapai lebih dari 1 Ha yang benar-benar ia kuasai. Dengan semakin kurangnya kedetilan bagian gambar, maka area yang ia ingat secara mental pun semakin berkurang, sebagaimana diperlihatkan pada satu blok persegi yang mengindikasikan rumah pada gambar bagian kanan.

Selain deretan rumah, anak menandai lokasi-lokasi penting. Dalam peta ini kita dapati mesjid dan lapangan terbuka untuk bermain pada bagian kiri gambar. Padang rumput ditempatkan pada kanan atas. Rumah orang yang sangat dikenal diberikan teks untuk menandainya. Fitur-fitur fisik yang menjadi batas pengamatan adalah jalan pada sisi kanan gambar, serta blok rumah lain pada bagian bawah.  

Anak juga memberikan makna pada bagian gambar yang merupakan kombinasi antara imajinasi dan persepsi atas orang atau bagian lokasi. Seperti tulisan "musuh" (dalam gambar disebut "enemy") menyematkan suatu makna yang mungkin tidak akan kita pahami apabila tidak ditanyakan langsung pada si anak. Tempat bermain anak adalah di depan rumahnya sendiri dengan anak-anak bermain. Hal ini mungkin menunjukkan tempat bermain yang dianggap aman, meskipun berada pada jalan yang melalui depan rumahnya.

Tergolong sulit untuk menerjemahkan gambar anak yang merupakan hasil ingatan, persepsi, dan pencitraan ulang sebagai gambar yang akurat atau satu sumber informasi atas suatu lingkungan tempat tinggal. Namun, dengan mempelajari gambar tersebut, perencana kota dan arsitek mendapatkan informasi berharga atas unsur-unsur lingkungan yang perlu ditata kembali. Sebagai contoh jalan yang digunaaan untuk bermain, jalan lingkungan tersebut seyogyanya dapat ditata kembali melalui pengurangan kecepatan.