Arti Batur bagi Dunia, Indonesia, dan Bali

Kintamani dengan Gunung dan Danau Batur selalu menjadi objek wisata yang tidak mudah dilupakan. Objek wisata ini menawarkan keindahan dan keunikan lansekap alam. Menyeberangi danau, terdapat Desa Truyan yang merupakan desa yang masih mempertahankan tradisi lama sebelum kedatangan agama Hindu. Desa Truyan dikenal karena tradisi masyarakatnya yang meletakkan mayat di bawah pohon berbau wangi. Kawasan ini memiliki nilai lingkungan, ekonomi, dan budaya yang tidak ternilai bagi masyarakat lokal, Indonesia, dan dunia, namun menyimpan konflik pengelolaan yang perlu dipecahkan.

Sejak tahun lalu, tanggal 20 September 2012, Kaldera Batur di Kintamani ditetapkan oleh Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan ( UNESCO ) sebagai geopark (taman bumi). Taman bumi ini adalah yang pertama di Indonesia dan telah dikukuhkan sebagai bagian dari Global Geopark Network (GGN). Di seluruh dunia, terdapat 77 taman bumi dengan salah satunya di Asia Tenggara Langkawi di Malaysia.Dengan demikian, promosi wisata dapat dilakukan secara global. Dengan penetapan ini pula, taman bumi ini diharapkan semakin dikenal karena daya tarik wisata yang ada, selain menjadi lokasi pendidikan dan penelitian bagi ilmuwan dari seluruh dunia. Meskipun sebagian motivasi adalah bisnis pariwisata, taman bumi merupakan langkah mendorong pengelolaan yang mengedepankan aspek konservasi kawasan yang menjadi taman bumi.

Taman bumi Batur merupakan kaldera besar yang kini telah menjadi danau, lokasi perkebunan, dan pertambangan, termasuk permukiman. Sisa-sisa dari letusan besar masa lampau menciptakan bentang alam yang unik dengan satu puncak gunung api aktif. Letusan terakhir kali terjadi pada tahun 2000. Kondisi alam yang subur menjadikan kawasan sekitar kaldera sangat sesuai sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Produksi pertanian yang terkenal karena kualitasnya yang baik dari daerah ini antara lain kopi dan jeruk. Aktivitas pertambangan, khususnya kategori galian C, nampak dari sejumlah truk yang berlalu lalang menyusuri jalan terjal dan berbaur dengan aktivitas wisata. Tidak dapat dipungkiri pula, sebagian masyarakat lokal menggantungkan hidup sebagai penambang pasir dan batu hasil muntahan gunung aktif.

Sebuah pura yang disebut dengan Pura Ulun Danau Batur berada di dekat taman bumi ini. Pura ini secara rutin dikunjungi oleh masyarakat Bali sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Kuasa) atas anugerah berupa sumber air bagi irigasi yang menyuburkan tanah pertanian. Dalam konteks masyarakat agraris dan peran organisasi subak yang besar (lihat pos mengenai Subak pada Oktober 2013), keberadaan pura ini menanda peran penting Danau Batur sebagai sumber air bagi sawah di bagian selatan dan timur Bali.

Sebagai destinasi wisata, Kaldera Batur telah menjadi areal favorit untuk wisata alam maupun budaya. Secara nasional, Kintamani juga dipromosikan secara aktif untuk menarik kunjungan wisata ke Indonesia. Dengan keberadaan Desa Truyan pada kawasan ini, wisatawan dapat mengenal kehidupan masyarakat dan budaya di salah satu desa pedalaman di Bali. Bentang alam yang unik yang mempengaruhi kondisi jalan yang bergelombang menjadikannya sebagai daya tarik wisata bersepeda. Fungsi wisata yang semakin menonjol terlihat dari keberadaan restoran yang berdiri hampir disepanjang jalan utama yang hampir menutupi seluruh pandangan dari jalan utama ke arah kaldera.

Dengan ragam arti kawasan, mungkihkan menyusun satu rencana pengelolaan kawasan yang bisa memuaskan semua pihak? Saat ini saja, fungsi pariwisata yang dominan telah menyebabkan kemacetan karena masuknya bus dan minibus dalam jumlah yang banyak. Areal parkir yang terbatas mendorong parkir on the street yang mengurangi kapasitas jalan. Sebagai sebuah taman bumi, mungkinkah aktivitas pertambangan dihentikan karena niatan konservasi, pemdidikan, dan penelitian? Selain itu, perlu dipikirkan keberadaan pura yang sebaiknya tidak terganggu oleh fungsi pariwisata? Akan disusunnya rencana induk bagi taman bumi ini dapat diharapkan mampu mengatasi konflik yang ada, atau sebaliknya, memperuncing sejumlah konflik yang selama ini telah pada "tempatnya" sejak lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar