Market Failure dan Policy Logic dalam Produksi LCGC

Pemerintah telah mengumumkan kehadiran mobil murah yang ramah lingkungan atau LCGC melalui Menteri Perindustrian. Produksi mobil ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih besar kepada masyarakat guna memiliki mobil. Mobil ditengarai sebagai angkutan yang lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan sepeda motor yang pertumbuhannya meningkat secara eksponensial, namun tidak menjamin keselamatan pengunanya secara baik. Selain itu, produksi mobil akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Industri otomotif diperkirakan akan semakin efisien dan lebih membuka peluang diferensiasi produk yang lebih ramah lingkungan.

Dalam perspektif yang lain, Pemerintah Daerah maupun kementerian yang menangani infrastruktur transportasi mengkhawatirkan dampaknya terhadap kapasitas infrastruktur, terutama jalan. Saat ini, kota besar dan metropolis mengalami kemacetan yang parah dengan akumulasi biaya sosial dan lingkungan yang semakin tinggi. Hadirnya LCGC dikhawatirkan meningkatkan volume lalu lintas kendaraan, sehingga situasi macet semakin sulit untuk diatasi.

Saat ini, logika kebijakan adalah membatasi jumlah kendaraan bermotor guna mengurangi dampak maupun biaya kemacetan. Berbagai instrumen telah direncanakan untuk diimplementasikan baik yang berupa perpajakan (fiskal) maupun pengelolaan permintaan. Dalam waktu dekat ini, Pemerintah DKI Jakarta akan menerapkan nomor kendaraan ganjil/genap, Electronic Road Pricing (ERP), dan pajak progresif. Hadirnya LCGC membuyarkan konsentrasi atas rencana tersebut, terlebih pemerintah DKI telah melakukan investasi besar guna memperbaiki pelayanan transportasi umum.

Korea Selatan yang merupakan salah satu produsen mobil dunia sekalipun telah mencontohkan secara baik penyeimbangan antara kebijakan industri dan pembangunan infrastruktur kota/wilayah. Gambar menunjukkan infrastruktur jalan yang dibangun pada pinggiran kota yang lebih diutamakan bagi pergerakan regional. Sementara itu, akses ke dalam kota sangat dibatasi melalui penerapan ERP, pajak parkir, dan instrumen traffic demand management yang relevan.

Dengan sedikit inovasi dalam sistem mekanis kendaraan, LCGC sedikit berdampak terhadap penghematan konsumsi bahan bakar minyak. Padahal trend global yang berkembang adalah strategi dalam mengurangi emisi dan menerapkan konsumsi bahan bakar alternatif. Kebijakan bauran energi nampaknya belum dirujuk secara konsisten. Bertambahnya konsumsi kendaraan niscaya bertambah dengan adanya harga kendaraan yang murah, sehingga tidak akan mengurangi emisi polutan sebagaimana diharapkan. Pada sisi lain, pemerintah semakin sulit mengalokasikan anggaran pembangunan jalan guna memenuhi kebutuhan, karena meningkatnya harga lahan bagi pembangunan.

Tidak sedikit ditemukan adanya kebijakan yang ambigu dalam berbagai produk pengaturan maupun kebijakan. Dalam situasi tersebut, kegagalan pasar (market failure) dalam pelayanan infrastruktur merupakan ketidakmampuan menerapkan logika kebijakan ke dalam persoalan kontekstual dan kaitannya dengan berbagai peraturan. Intervensi yang salah menyebabkan kerugian masyarakat (social loss) berupa biaya sosial (social cost) yang ditanggungkan semakin besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar