Dengan kondisi geografis berupa pegunungan, Indonesia seyogyanya memiliki banyak terowongan jalan sebagai prasarana lalu lintas. Terowongan untuk keperluan transportasi telah ada dibangun sejak zaman penjajahan kolonial berupa terowongan kereta api. Terowongan tersebut secara efektif memberikan efisiensi pergerakan kereta api dan lebih ekonomis. Terowongan juga seringkali disamakan dengan underpass, yaitu jalan yang berada di bawah permukaan atau jalan yang berada di bawah infrastruktur transportasi darat lainnya. Terowongan jalan menjadi prasarana untuk dipertimbangkan pembangunannya ketika dihadapkan pada pilihan mengatasi rintangan transportasi darat karena fitur geografis pegunungan/perbukitan sebagai upaya meningkatkan efisiensi pergerakan lalu lintas kendaraan.
Sayang sekali, sampai saat ini Indonesia belum memiliki terowongan jalan yang secara efektif mampu mewadahi transport asi darat yang menembus gunung/ bukit. Sebagian besar dari terowongan jalan yang ada saat dibangun di perkotaan untuk mengatasi kemacetan dan sebagai bagian road supply management kota. Terowongan pada perbukitan/ pegunungan lebih berperan dalam mendukung transportasi wilayah. Terowongan jenis ini berpeluang membuka keterisolasian wilayah, meningkatkan konektivitas antar pusat kegiatan, dan menciptakan efisiensi pergerakan lalu lintas wilayah.
Investasi dalam pembangunan terowongan tidak lebih mahal dibandingkan dengan jalan di pegunungan. Jalan di pegunungan/ perbukitan bahkan jauh lebih mahal apabila kerusakan landsekap maupun lingkungan flora dan fauna setempat dipertimbangkan. Selain itu, intervensi terhadap kondisi sosial budaya masyarakat lokal dapat diminimalkan. Terowongan pun relatif lebih ramah lingkungan karena kebutuhan lahan bagi pembangunan berada di dalam tanah atau batuan yang tidak mengganggu lingkungan sosial dan alam yang berada di atasnya.
Penguasaan teknologi terowongan jalan masih belum sebaik teknologi jalan secara umum, sehingga resiko atas pembangunannya masih dianggap besar. Resiko ini meliputi resiko konstruksi, paska konstruksi, operasional kendaraan, maupun kebencanaan. Contoh dari resiko ini adalah keselamatan pengguna kendaraan ketika terjadi kebakaran dalam terowongan atau evakuasi atas kecelakaan.
Dalam waktu dekat, Indonesia akan memiliki terowongan jalan yang menembus perbukitan, yaitu Cisumdawu. Dengan sejumlah kajian yang dilakukan, nampaknya konstruksi atas terowongan ini dapat segera terlaksana. Diharapkan pula, pembangunan terowongan juga dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang telah dikaji sebelumnya, seperti: Piyungan-Gading.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar